Penderita HIV dan Harapan Hidup

Dunia seolah runtuh…!” demikian pengakuan seorang Ibu begitu mengetahui bahwa dirinya positif mengidap HIV.  Human Immunodeficiency Virus (HIV), adalah salah satu virus yang menyebabkan rusak/melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakitnya sendiri disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yaitu sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV (Wikipedia). Penyakit ini menjadi momok bagi manusia, karena sampai saat ini belum ada obatnya, sekali seorang terinfeksi HIV maka virus itu akan ada dalam tubuh seumur hidupnya.

Apakah dunia benar-benar runtuh dan tidak ada harapan lagi bagi seseorang terkena virus HIV?  Jawabannya adalah tidak. Saat ini orang dengan HIV/AIDS atau disingkat ODHA dapat hidup sebagaimana manusia normal lainnya. Baru-baru ini diberitakan bahwa angka kematian akibat HIV/AIDS di dunia saat ini menurun, hal ini disebabkan adanya ekspansi besar dalam kemudahan akses terhadap pengobatan. (Media Indonesia 23 November 2011). ODHA ternyata masih punya harapan hidup, asal mereka tahu betul bagaimana harus bersikap dan bertindak secara benar.

Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh seorang penderita HIV/AIDS. Pertama adalah seorang penderita HIV/AIDS diwajibkan untuk menjalankan treatment HIV yang disebut Therapi Antiretroviral (ARV). Dewasa ini ARV dipakai secara luas dan telah terbukti berhasil menekan perkembangbiakan virus sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita serta menghindarkan dia dari kematian dini akibat infeksi virus HIV.  Therapi ARV mencegah virus HIV menggandakan diri dalam tubuh manusia, jika pertumbuhannya nol, maka sel kekebalan dalam tubuh yang dikenal sebagai sel CD4, dapat hidup lebih lama dan dapat memberikan perlindungan dalam tubuh terhadap infeksi. Dengan menjalankan terapi yang rutin dan tertib maka pertumbuhan virus akan diperlambat bahkan bisa dianggap nol, sehingga dapat mengurasi resiko terinfeksi.

Kedua adalah selain mengenali karakteristik virus HIV, seorang penderita HIV/AIDS juga harus sadar dalam menjaga perilakunya, agar tidak menularkan virus kepada orang lain. Hal ini penting sebagai bentuk tanggungjawab moral dan etika bersosialisasi di masyarakat.

Bagaimana sikap seorang penderita HIV/AIDS dalam mencegah tertularnya virus HIV kepada orang lain ? Perlu diketahui, media penularan virus HIV adalah melalui cairan yang berasal dari dalam tubuh. Cairan itu adalah air liur, air mani (semen), cairan vagina, anal, darah, dan air susu ibu (ASI).

Cara penularan pada umumnya melalui :

  • Hubungan sex dengan penderita HIV tanpa memakai pelindung (kondom)
  • Pemakaian jarum suntik, alat semprot, dan alat penyuntik Narkoba lainnya secara bergantian.
  • Ibu penderita HIV yang mengandung, melahirkan, dan menyusui anaknya, atau disebut juga Transmisi HIV dari Ibu ke Anak.

Jadi yang harus dilakukan oleh seorang penderita HIV untuk mencegah penularan virus HIV adalah dengan menghindari kontak-kontak yang dapat menularkan virus tersebut,  yaitu : berhubungan sex dengan memakai pelindung (kondom), menghidari pemakaian jarum suntik secara bersama-sama serta mengikuti terapi HIV untuk ibu hamil dan menyusui. Dengan perilaku yang benar tersebut diharapkan seorang penderita HIV dapat mencegah tertularnya virus pada orang lain.

Virus HIV bersifat permanen yaitu ada dalam tubuh sepanjang hidupnya oleh karena itu treatment yang dijalankan dan perilaku yang benar dari para penderita HIV/AIDS juga harus dilakukan terus menerus seumur hidupnya, yang diperlukan adalah sebuah kesadaran terus menerus untuk menjalankan kedua hal tersebut. Virus HIV bersifat aktif dan sangat cerdas, ia dengan cepat akan menggandakan diri dan merusak sel CD4, ia juga dengan cepat beradaptasi dengan apapun obat yang diberikan. Oleh karena itu dalam menjalankan treatment seorang penderita HIV tidak boleh lengah.

Manusia memang kadang-kadang sulit untuk bersikap konsisten, gangguan dan godaan kadang membuat lengah seseorang, untuk itu juga diperlukan suatu dukungan dari luar untuk menjaga konsistensi sikapnya. Perhatian dan solidaritas dari keluarga, sahabat, dan juga sesama penderita HIV akan sangat memberi arti bagi tercapainya tujuan tersebut.

Seorang penderita HIV/AIDS juga perlu untuk bersikap lapang dada, untuk menerima kondisi tubuh apa adanya, penerimaan diri akan sangat membantu untuk terus dapat memupuk semangat hidup. Dalam hal ini kekuatan dari ‘Yang Mahatinggi’ adalah kekuatan yang besar untuk dapat terus hidup berdamai dengan virus HIV, seperti yang termuat dalam Doa Kedamaian (Serenity Prayer) berikut ini :

 

God, grant me the serenity

To accept the things I cannot change,

The courage to change the things I can,

And the wisdom to know the difference

 

Tuhan, berilah aku kedamaian

Untuk menerima hal-hal yang tak dapat kuubah

Kekuatan untuk merubah hal-hal yang bisa kuubah

Dan kebijaksanaan untuk membedakan keduanya

 

Yayasan Sekar Mawar

Pada Hari AIDS sedunia 2011

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *